Rabu, 25 Mei 2011

Lapar dan Haus Kebenaran

 "Berbahagialah orang yang lapar dan haus akan kebenaran, karena mereka akan dipuaskan" ~ Matius 5:6 ~

Tubuh manusia sebagian besar mengandung air, sedangkan makanan memberikan kekuatan baru saat kita lapar. Oleh karena itu, makanan dan minuman sangat dibutuhkan sekali tubuh kita atau jasmani kita. Tuhan Yesus mengajarkan jika kita rindu kebenaran seperti halnya tubuh yang membutuhkan air & makan, maka kita akan bahagia. Yang lebih berbahagia lagi adalah manusia yang memiliki nafsu  haus dan lapar akan kebenaran firman Tuhan.

Seperti orang yang lapar akan makanan, demikian pula berbahagialah orang yang lapar akan kebenaran, seperti seorang yang haus akan minuman, demikian pula berbahagialah orang yang haus akan kebenaran, karena ia ingin memasukkan kebenaran itu kedalam dirinya. Jiwa akan menjadi segar dan sehat. oleh karena kebenaran jiwa dan rohninya disegarkan dan hidup kembali.
Kata Yesus kepada mereka : "Akulah roti hidup; barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan lapar lagi,dan barangsiapa percaya kepada-Ku, ia tidak akan haus lagi" ~ Yohanes 6:35 ~
Janji Tuhan Yesus yang sungguh penuh kasih....inilah janji Tuhan yang sebenarnya. Tuhan Yesus akan memberikan kepuasan bagi mereka yang mencari Dia dengan sepenuh hati.

Berapa kali anda lapar dan haus dalam sehari? Demikianlah juga seharusnya kita terus haus dan lapar akan Allah dan bukan cuma hari minggu saja kita haus dan lapar akan Tuhan di Gereja. Atau seorang pelayanan hanya haus dan lapar akan Tuhan pada saat tiba jadwal bertugas saja. Makanan dan minuman jasmani hanya sementara, tetapi haus dan lapar akan firman Tuhan akan meresap ke dalam tubuh, jiwa dan roh kita. Ingat!! kelebihan makanan dan minuman jasmani dapat mendatangkan penyakit, tetapi kelebihan makanan rohani akan mendatangkan kepuasan akan kuasa Allah.Bersukacitalah dan berbahagialah....Tuhan Yesus memberkati selalu ^^

MAKANAN DAN MINUMAN KEBENARAN AKAN MEMBUAT BIKIN HIDUP LEBIH HIDUP. 


Rabu, 18 Mei 2011

Trinitas: Satu Tuhan dalam Tiga Pribadi


Kesalahan persepsi dan tentang Trinitas (Allah Tritunggal Maha Kudus).

Banyak orang yang mempertanyakan ajaran tentang Trinitas, bahkan banyak orang yang bukan Kristen mengatakan bahwa orang Kristen percaya akan tiga Tuhan. Tentu saja hal ini tidak benar, sebab iman Kristiani mengajarkan Allah yang Esa. Namun bagaimana mungkin Allah yang Esa ini mempunyai tiga Pribadi? Untuk memahami hal ini memang diperlukan keterbukaan hati untuk memandang Allah dari sudut pandang yang mengatasi pola berpikir manusia. Jika kita berkeras untuk membatasi kerangka berpikir kita, bahwa Allah harus dapat dijelaskan dengan logika manusia semata-mata, maka kita membatasi pandangan kita sendiri, sehingga kehilangan kesempatan untuk melihat gambaran yang lebih luas tentang Allah. Jika kita berpikir demikian, kita bagaikan, maaf, memakai ‘kacamata kuda’: Kita mencukupkan diri kita dengan pandangan Allah yang logis menurut pikiran kita dan tanpa kita sadari kita menolak tawaran Allah agar kita lebih dapat mengenal DiriNya yang sesungguhnya.

Dari mana kita mengetahui bahwa Tuhan adalah Allah Tritunggal?

Walaupun kita mengetahui bahwa konsep Trinitas ini tidak dapat dijelaskan hanya dengan akal, bukan berarti bahwa Allah Tritunggal ini adalah konsep yang sama sekali tidak masuk akal. Berikut ini adalah sedikit uraian bagaimana kita dapat mencoba memahami Trinitas, walaupun pada akhirnya harus kita akui bahwa adanya tiga Pribadi dalam Allah yang Satu ini merupakan misteri yang tidak cukup kita jelaskan dengan akal, sebab jika dapat dijelaskan dengan tuntas, maka hal itu tidak lagi menjadi misteri. St. Agustinus bahkan mengatakan, “Kalau engkau memahami-Nya, Ia bukan lagi Allah”. Sebab Allah jauh melebihi manusia dalam segala hal, dan meskipun Ia telah mewahyukan Diri, Ia tetap tinggal sebagai rahasia/ misteri yang tak terucapkan. Di sinilah peran iman, karena dengan iman inilah kita menerima misteri Allah yang diwahyukan dalam Kitab Suci, sehingga kita dapat menjadikannya sebagai dasar pengharapan, dan bukti dari apa yang tidak kita lihat (lih. Ibr. 11:1-2). Agar dapat sedikit menangkap maknanya, kita perlu mempunyai keterbukaan hati. Hanya dengan hati terbuka, kita dapat menerima rahmat Tuhan, untuk menerima rahasia Allah yang terbesar ini; dan hati kita akan dipenuhi oleh ucapan syukur tanpa henti.
Mungkin kita pernah mendengar orang yang menjelaskan konsep Allah Tritunggal dengan membandingkan-Nya dengan matahari: yang terdiri dari matahari itu sendiri, sinar, dan panas. Atau dengan sebuah segitiga, di mana Allah Bapa, Allah Putera, dan Allah Roh Kudus menempati masing-masing sudut, namun tetap dalam satu segitiga. Bahkan ada yang mencoba menjelaskan, bahwa Trinitas adalah seperti kopi, susu, dan gula, yang akhirnya menjadi susu kopi yang manis. Penjelasan yang menggunakan analogi ini memang ada benarnya, namun sebenarnya tidak cukup, sehingga sangat sulit diterima oleh orang-orang non-Kristen. Apalagi dengan perkataan, ‘pokoknya percaya saja’, ini juga tidak dapat memuaskan orang yang bertanya. Jadi jika ada orang yang bertanya, apa dasarnya kita percaya pada Allah Tritunggal, sebaiknya kita katakan, “karena Allah melalui Yesus menyatakan Diri-Nya sendiri demikian”, dan hal ini kita ketahui dari Kitab Suci.
Doktrin Trinitas atau Allah Tritunggal Maha Kudus adalah pengajaran bahwa Tuhan adalah SATU, namun terdiri dari TIGA pribadi: 1) Allah Bapa (Pribadi pertama), 2) Allah Putera (Pribadi kedua), dan Allah Roh Kudus (Pribadi ketiga). Karena ini adalah iman utama kita, maka kita harus dapat menjelaskannya lebih daripada hanya sekedar menggunakan analogi matahari, segitiga, maupun kopi susu.

Dasar dari Kitab Suci dan pengajaran Gereja

Yesus menunjukkan persatuan yang tak terpisahkan dengan Allah Bapa, “Aku dan Bapa adalah satu” (Yoh 10:30); “Barangsiapa telah melihat Aku, ia telah melihat Bapa…” (Yoh 14:9). Di dalam doa-Nya yang terakhir untuk murid-murid-Nya sebelum sengsara-Nya, Dia berdoa kepada Bapa, agar semua murid-Nya menjadi satu, sama seperti Bapa di dalam Dia dan Dia di dalam Bapa (lih. Yoh 17: 21). Dengan demikian Yesus menyatakan Diri-Nya sama dengan Allah: Ia adalah Allah. Hal ini mengingatkan kita akan pernyataan Allah Bapa sendiri, tentang ke-Allahan Yesus sebab Allah Bapa menyebut Yesus sebagai Anak-Nya yang terkasih, yaitu pada waktu pembaptisan Yesus (lih. Luk 3: 22) dan pada waktu Yesus dimuliakan di atas gunung Tabor (lih. Mat 17:5).
Yesus juga menyatakan keberadaan Diri-Nya yang telah ada bersama-sama dengan Allah Bapa sebelum penciptaan dunia (lih. Yoh 17:5). Kristus adalah sang Sabda/ Firman, yang ada bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah, dan oleh-Nya segala sesuatu dijadikan (Yoh 1:1-3). Tidak mungkin Yesus menjadikan segala sesuatu, jika Ia bukan Allah sendiri.
Selain menyatakan kesatuan-Nya dengan Allah Bapa, Yesus juga menyatakan kesatuan-Nya dengan Roh Kudus, yaitu Roh yang dijanjikan-Nya kepada para murid-Nya dan disebutNya sebagai Roh Kebenaran yang keluar dari Bapa, (lih. Yoh 15:26). Roh ini juga adalah Roh Yesus sendiri, sebab Ia adalah Kebenaran (lih. Yoh 14:6). Kesatuan ini ditegaskan kembali oleh Yesus dalam pesan terakhir-Nya sebelum naik ke surga, “…Pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa, Putera dan Roh Kudus…”(Mat 28:18-20).
Selanjutnya, kita melihat pengajaran dari para Rasul yang menyatakan kembali pengajaran Yesus ini, contohnya, Rasul Yohanes yang mengajarkan bahwa Bapa, Firman (yang adalah Yesus Kristus), dan Roh Kudus adalah satu (lih 1 Yoh 5:7); demikian juga pengajaran Petrus (lih. 1 Pet:1-2; 2 Pet 1:2); dan Paulus (lih. 1Kor 8:6; Ef 1:3-14).

Dengan begitu dalamnya kehidupan batin Allah, hati kita melimpah dengan ucapan syukur. Sebab kehidupan batin tersebut tidak hanya ‘tertutup’ bagi Allah sendiri, namun Ia ‘membuka’ kehidupan-Nya agar kita dapat mengambil bagian di dalamnya. Ya, Allah sesungguhnya tidak ‘membutuhkan’ kita, sebab kasihNya telah sempurna di dalam kehidupan Tritunggal Maha Kudus. Namun justru karena kasih yang sempurna itu, Ia merangkul kita semua, jika kita mau menanggapi panggilan-Nya. Mari bersama kita berjuang, agar lebih menghargai rahmat Allah yang terutama dinyatakan di dalam sakramen-sakramen, terutama sakramen Ekaristi, sehingga kita dapat semakin menghayati persatuan kita dengan Kristus, yang membawa kita kepada persatuan dengan Allah Tritunggal: Bapa, Putera dan Roh Kudus. Dengan persatuan dengan Allah ini, kita mencapai puncak kehidupan spiritualitas, di mana kita dimampukan oleh Allah untuk mengasihi Dia dan sesama

 


Mengapa Yesus dicobai oleh Iblis di padang gurun?

Saudara - saudara ku yg terkasih didalam Tuhan Yesus,

Pernahkan terfikir oleh kita, bahwa Iblis juga sama seperti pemilik toko serba ada yang tahu cara memberikan iming-iming kepada manusia, sehingga manusia dapat tergoda? Sang penggoda tahu kelemahan-kelemahan manusia, sehingga kalau tidak berhati-hati manusia dapat tergoda dengan mudah. Rasul Yohanes menyadari hal ini sehingga dia mengingatkan godaan dari Iblis yang terdiri dari: keinginan daging, keinginan mata dan keangkuhan hidup (1 Yoh 2:16). Dan lebih lanjut, Yesus telah membiarkan Diri-Nya dicobai oleh Iblis, sehingga Yesus dapat menyingkapkan perangkap Iblis dan menunjukkan kepada manusia bagaimana untuk bertahan dari godaan Iblis.

Dan pernahkan jg terfikir oleh kita dan mungkin ada yang pertanya - tanya,mengapa Yesus memberikan Diri-Nya dicobai oleh Iblis? Bukankah Yesus adalah Allah? Mengapa Allah membiarkan Diri-Nya dicobai oleh Iblis? Bukankah sebagai Allah, Yesus tahu bahwa Dia pasti menang melawan godaan Iblis? Namun, semua hal ini dilakukan oleh Yesus bukan untuk Diri-Nya sendiri, namun dilakukannya untuk kepentingan manusia, makhluk yang dikasihi-Nya. Yesus membiarkan Diri-Nya dicobai untuk menunjukkan strategi Iblis dalam menggoda manusia dan pada saat yang bersamaan, Yesus menunjukkan jalan bagaimana untuk menghadapi godaan tersebut. Semua yang Yesus lakukan merupakan suatu pelajaran bagi kita manusia, sehingga kita dapat mengikuti apa yang dilakukan-Nya, sehingga kita dapat mencapai keselamatan kekal. 

Dalam hal  ini diterangkan oleh rasul Yohanes Sebab semua yang ada di dalam dunia, yaitu keinginan daging dan keinginan mata serta keangkuhan hidup, bukanlah berasal dari Bapa, melainkan dari dunia.” (1 Yoh 2:16) Agar manusia dapat menghadapi tiga hal ini, maka Yesus menunjukkan bagaimana untuk bertahan dari keinginan daging, mata dan keangkuhan hidup. Dan hal ini terungkap dalam tiga macam percobaan yang dialami oleh Yesus.

Pencobaan 1 : Merubah batu menjadi roti
Kalau kita menghubungkan dengan 1 Yoh 2:16, maka percobaan pertama ini berhubungan dengan keinginan daging. Yesus mengingatkan kita bahwa manusia yang terdiri dari tubuh dan jiwa, mempunyai kebutuhan jasmani dan rohani. Dan kita harus mengingat bahwa kebutuhan jiwa mempunyai tempat yang lebih tinggi dari kebutuhan jasmani, karena jiwa bersifat selamanya sedangkan badan bersifat sementara. Dengan demikian, Iblis senantiasa mengingatkan kita akan kebutuhan jasmani, dan Yesus mengingatkan bahwa kita harus memperhatikan keadaan jiwa kita dengan bergantung pada Firman yang keluar dari mulut Allah. Dan jika Firman itu telah menjadi daging, maka untuk bertahan dari percobaan kedagingan kita harus bergantung pada Sang Firman, yaitu Yesus sendiri, yang adalah Firman Yoh 1:1 "Pada mulanya adalah Firman : Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah."

Pencobaan 2 : Kerajaan dunia dengan sujud menyembah iblis vs Menyembah Allah
Disinilah Iblis memberikan percobaan keinginan mata atau kekuasaan, uang, kerajaan duniawi, yang pada akhirnya menjadi satu paket dengan sujud menyembah si iblis. Kita mengingat apa yang dikatakan oleh Yesus sendiri “Tak seorangpun dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian, ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon. (Matius 6:24)”

Dan pada percobaan ini, Yesus menegaskan “Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti!” (Mtatius 4:10) Dan inilah yang menjadi perintah pertama dari 10 perintah Allah, dimana Gereja mengambil dari Keluaran. 20:2-5, "........jangan ada padamu allah lain dihadapanku", di bagian terakhir ini, Yesus mengatkanh  mengasihi Allah dengan segenap jiwa, hati dan segenap akal budi (Mtius 22:37).

Pencobaan 3 : Jatuhkanlah Dirimu ke bawah vs Jangan mencobai Allah
Pencobaan terakhir yang diberikan oleh Iblis kepada Yesus adalah pencobaan yang paling berbahaya,Inilah pencobaan yang digambarkan oleh rasul Yohanes sebagai “keangkuhan hidup“. Keangkuhan atau kesombongan adalah ibu dari segala dosa. Untuk menangkal pencobaan ini, maka Yesus menjawab dengan “Ada pula tertulis: Janganlah engkau mencobai Tuhan, Allahmu!(Mt 4:7). 

Kesombongan menggoda kita dengan mengatakan bahwa kita dapat melakukan semuanya sendiri, termasuk hidup tanpa Allah. Kesombongan membuat kita salah dalam menilai diri kita sendiri. Kesombongan membuat kita yang sebenarnya tidak dapat hidup tanpa Tuhan, berfikir bahwa kita dapat melakukan semuanya sendiri dan tidak perlu melibatkan Tuhan. Di dalam konteks inilah, kita diingatkan oleh Yesus untuk tidak mencobai Tuhan Allah-Mu, yaitu untuk tidak menganggap diri kita sama seperti Tuhan, yang dapat menentukan segala sesuatu sendiri. Kesombongan menghalangi rahmat Tuhan untuk dapat mengalir secara bebas kepada manusia, sehingga manusia yang pada dasarnya lemah akan semakin tidak berdaya tanpa rahmat Allah. Kesombongan ini hanya dapat ditangani dengan kerendahan hati, kebajikan yang menjadi dasar dari semua kebajikan. Kerendahan hati adalah mengakui bahwa kita bukanlah apa-apa dan Tuhan adalah segalanya. Lebih lanjut tentang kerendahan hati,.... Bagi umat Katolik, salah satu manifestasi dari kerendahan hati adalah pada saat kita menerima Sakramen Tobat, dimana kita mengakui dosa-dosa kita secara terbuka, dengan penyesalan, dan dengan pertolongan rahmat Tuhan berjanji untuk tidak berbuat dosa lagi.

Dari pemaparan di atas, kita melihat bahwa Yesus memang datang untuk membawa manusia kepada keselamatan, karena Yesus adalah Jalan, Kebenaran, dan Hidup (lih. Yoh 14:6). Agar manusia dapat terus berada di jalan Allah, maka Yesus memberikan rahmat yang bersumber pada misteri Paskah. Namun, karena tahu kelemahan manusia dan pencobaan yang akan diberikan oleh Iblis, maka Yesus sendiri memberikan Diri-Nya untuk dicobai, sehingga manusia tahu cara untuk menghadapi cobaan dari Iblis. Tiga kelemahan manusia, seperti yang dituturkan oleh rasul Yohanes, yaitu keinginan daging, keinginan mata dan keangkuhan
hidup harus dihadapkan dg Firman Allah, focus akan tujuan akhir; yaitu kerajaan Allah, serta dengan
kebajikan kerendahan hati. Kita juga perlu merenungkan bahwa inilah yang dilakukan oleh kaum religius, dimana keinginan daging dilawan dengan kaul kemurnian, keinginan mata dilawan dengan kaul kemiskinan, dan keangkuhan hidup dilawan dengan kaul ketaatan. Mari, dalam kapasitas dan kondisi kita masing-masing, kita bersama-sama berjuang untuk bertahan melawan godaan Iblis,dan bertumbuh dalam kekudusan, sehingga kita terus mengejar kesempurnaan, sama seperti Bapa adalah sempurna (Mt 5:48).