Selasa, 17 Mei 2011

Surga

  1.  SURGA ADALAH SUATU TEMPAT

Surga bukanlah suasana, juga bukan hasil pikiran atau daya khayal manusia. Surga adalah suatu tempat yang nyata seperti ketika kita bicara soal Jakarta, Surabaya, Malang, Bandung, Yogyakarta, Medan, Ujung Pandang, dan sebagainya. Alkitab menjelaskan bahwa surga ialah, pertama, tempat kediaman Tuhan Allah Pencipta, Allah Tritunggal. Musa berkata, "Jenguklah dari tempat kediaman-Mu yang kudus, dari dalam surga" (Ul. 26:15). Salomo berdoa, "Dengarkanlah permohonan hamba-Mu dan umat-Mu Israel yang mereka panjatkan di tempat ini; bahwa Engkau juga mendengarnya di tempat kediaman-Mu di surga" (1Raj. 8:30). Tuhan Yesus mengajar para murid untuk berdoa, "Bapa kami yang di surga" (Mat. 6:9). Itulah tiga ayat dari 260 ayat Alkitab yang menunjukkan bahwa surga ialah tempat kediaman Allah, tempat Allah bertakhta, tempat Allah memerhatikan manusia yang hidup di dalam dunia ini.
Kedua, surga adalah tempat yang Allah sediakan bagi umat yang berada dalam Yesus Kristus, yaitu bagi “orang benar” yang namanya tertulis di dalam buku kitab kehidupan Anak Domba Allah. (orang beriman; Mat 25:24 : “ Dan mereka ini akan masuk kedalam siksaan yang kekal, tetapi orang benar kedalam hidup yang kekal”.) Yesus berkata, "Di rumah Bapa-Ku banyak tempat tinggal ... sebab Aku pergi ke situ untuk menyediakan tempat bagimu" (Yoh. 14:2). Penulis Ibrani mencatat, "Sebab Kristus bukan masuk ke dalam tempat kudus buatan tangan manusia yang hanya merupakan gambaran saja dari yang sebenarnya, tetapi ke dalam surga sendiri untuk menghadap hadirat Allah guna kepentingan kita" (Ibr. 9:24). Tidak kurang dari empat puluh ayat yang menyebutkan bahwa orang yang percaya kepada Yesus akan memperoleh tempat di surga.
Di manakah letak surga yang sesungguhnya? Apakah surga itu dekat dengan Amerika, Asia, Eropa, Afrika, Australia, atau ada dalam jagad raya ini? Alkitab tidak pernah menjelaskan, ilmu pengetahuan manusia juga tidak akan mampu menemukannya. Mereka hanya mampu menemukan galaksi tata surya. Manusia dunia hanya menyebut suatu tempat yang indah itu sebagai "surga", namun sesungguhnya surga yang sejati jauh lebih indah dan tak dapat dilukiskan daripada "surga-surga" yang pernah dilihat manusia dalam bumi ini. Manusia baru tahu letak sesungguhnya dari surga setelah Tuhan Yesus membawa mereka ke sana. Orang percaya juga tidak tahu di mana letaknya yang pasti, tetapi mereka tahu bahwa mereka akan pergi ke sana.
  1. LUKISAN TENTANG SURGA
Yohanes mendapat penglihatan dari Allah tentang surga, kemudian menulisnya dalam bahasa manusiawi untuk menggambarkan bagaimana bentuk surga itu. Kendatipun lukisan tentang surga itu mengandung banyak makna, tentu makna yang paling mendalam bukan menyangkut kebendaan. Mari kita lihat secara sederhana apa yang ditulis oleh Yohanes dalam Wahyu 21:9-22:5.
Pertama, surga itu penuh dengan kemuliaan Allah dan cahayanya sama seperti permata yang paling indah, bagaikan permata yaspis, jernih seperti kristal. Allah yang bersemayam di surga memiliki tempat yang indah sekali. Bila orang kaya di dunia memiliki tempat-tempat dan rumah yang indah, megah, dan bagus, tidak heran bila surga sedemikian indah sebab Ia adalah Allah yang memiliki seluruh ciptaan. Yang paling penting di surga adalah kehadiran Allah.Di surga manusia mengalami kebahagiaan yang sempurna bersama Allah. Manusia pertama mengalami kebahagiaan bersekutu dengan Allah dengan cara demikian, dan saat seperti itu akan dapat dinikmati oleh semua orang percaya di surga. Kehadiran Allah tentu saja menggambarkan kekudusan di surga. Berbahagialah manusia yang masuk ke surga, bukan karena kebendaan seperti yang tertulis, namun karena manusia dapat bersekutu kembali dengan Allah, berhadapan muka dengan muka. Selama di dunia, manusia terbatas sekali dalam persekutuannya dengan Allah.
Kedua, tembok-temboknya tinggi dan besar, dengan dua belas pintu gerbang yang bertuliskan nama dua belas suku Israel dan dua belas batu dasar bertuliskan nama kedua belas nama rasul Yesus. Ini simbol yang sulit ditafsirkan. Namun secara sederhana, hal itu bisa diartikan sebagai semua orang yang termasuk dalam bilangan umat-Nya dan berdiri di atas ajaran dan berita yang telah disebarkan mula- mula oleh kedua belas rasul, mereka itu akan masuk ke dalam surga. Selain itu, tembok juga bisa diartikan sebagai pemisah sehingga orang di dalam surga tidak melihat manusia yang masuk dalam neraka, sebaliknya penghuni neraka tidak dapat melihat kemuliaan surga (bdg. Why. 21:27; 22:15).
Ketiga, benda-benda mahal seperti emas, batu yaspis, batu mirah, nilam, unam, sardis, ratna cempaka, lazuardi, kecubung, krisopras, beril, mutiara, melukiskan apa yang dibanggakan oleh manusia di dunia sudah tersedia di surga, bahkan jauh lebih kaya dan indah (Why. 21:18-21).
Keempat, semua raja dan setiap orang akan sujud di hadapan takhta Anak Domba yang memancarkan cahaya kemuliaan (Why. 21:23-22:1). Lukisan ini merupakan fakta yang akan terjadi, dan semua orang yang tidak sujud menyembah Yesus, Anak Domba Allah itu, selagi dalam dunia, mereka akan menyesalinya karena ternyata Yesus itu benar- benar Raja di surga dan di bumi. Cahaya kemuliaan Yesus yang luar biasa menyebabkan benda-benda penerang tidak diperlukan lagi. Di hadapan Yesus, semua kegelapan dosa akan tersingkir dan tidak mampu mendekatinya.
Kelima, sungai-sungai yang mengalir dan pohon-pohon kehidupan melukiskan keindahan surga dan pemandangan yang menyenangkan (Why. 22:1-2). Orang merasakan kepedihan dan penderitaan di dunia karena dunia yang berdosa. Namun di surga, semua itu telah sirna.
  1. SUASANA SURGA
Memperhatikan lukisan tentang surga sebenarnya dapat membawa kita untuk membayangkan suasana yang menyenangkan, penuh dengan kemuliaan, dan kebahagiaan. Hal itu terjadi sebab dosa, air mata, kesakitan, kematian, sedih dan duka karena perpisahan, tidak ada di surga. Alkitab mencatat bahwa di surga tidak akan ada lagi laknat (Why. 22:3), segala sesuatu yang najis tidak akan masuk ke dalamnya (Why. 21:27), tidak ada lagi air mata (Why. 7:17), tidak ada lagi perkabungan, ratap tangis, dukacita, kesakitan, dan sebagainya (Why. 21:4).
  1. KEADAAN MANUSIA DI SURGA
Pertama, manusia akan mengenakan tubuh kebangkitan, suatu tubuh yang memiliki kualitas surgawi, tidak akan terserang penyakit, dan tentu saja tubuh yang sangat indah dan baik. Paulus berkata, "Sama seperti kita telah memakai rupa dari yang alamiah, demikian pula kita akan memakai rupa surgawi, .... Sebab nafiri akan berbunyi dan orang-orang mati akan dibangkitkan dalam keadaan yang tidak dapat binasa" (1Kor. 15:49, 52).
Kedua, setiap manusia di surga dapat saling mengenal. Yesus bercerita tentang orang kaya dan Lazarus, bahwa di alam sana, termasuk di surga, orang masih tetap dapat saling mengenal (Luk. 16:19-31). Identitas pribadi tetap dibawa sampai ke surga. Jadi, seorang ibu dapat mengenal anaknya yang dulu sewaktu masih dalam dunia fana; seorang bapak dapat mengenal orang-tuanya, istrinya, anaknya, dan cucunya yang dulu sewaktu ia masih di dunia. Namun, bukan berarti di surga kita akan berkumpul dengan keluarga dan teman-teman sewaktu di dunia saja. Di surga semua menjadi bersaudara, kita dapat mengenal orang yang dahulu kita kenal, namun perasaan layaknya saudara atau sahabat seperti masih dirasakan di dunia sudah tidak ada lagi. Markus mencatat, "orang tidak kawin dan tidak dikawinkan melainkan hidup seperti malaikat di surga" (Mrk. 12:25). Dalam keadaan telah diubahkan, semua penghuni surga menjadi satu keluarga besar di mana tingkat kualitas kasih satu sama lain sama tingkatannya.
  1. PEKERJAAN DI SURGA 
Surga adalah tempat bekerja, tetapi tanpa kutuk jerih lelah karena dosa. Allah pencipta adalah Allah   yang senang bekerja sehingga Ia menciptakan manusia dengan karakter yang sama, yaitu senang bekerja. Jika pada mulanya Allah menjadikan manusia sebagai makhluk pekerja, di surga nanti manusia masih tetap bekerja, tetapi sama sekali jauh dari kutuk dan kejenuhan, dan akan selalu senang dan bahagia. Pekerjaan di surga, tentulah tidak dapat diketahui secara pasti, namun beberapa di antaranya dinyatakan oleh Alkitab. Pekerjaan manusia di surga tersebut ialah, selalu bersekutu dengan Tuhan dan dengan sesama, tanpa harus merasa curiga atau menimbulkan kebencian di sana. Pekerjaan lainnya ialah manusia akan selalu bernyanyi, memuji Tuhan, dan beribadah kepada-Nya (Why. 22:3). Di sana pun manusia akan tetap melayani Yesus Sang Raja siang dan malam (Why. 7:1315). Jika di sebut melayani, tentu ada pekerjaan yang harus dikerjakan dan diselesaikan, hanya saja semua dengan anugerah dan kekuatan Tuhan. Tak ada keluh kesah dan kelelahan. Bentuk pekerjaan pelayanan itu seperti apa, Alkitab tetap berdiam; yang pasti Ia akan membagi hal ini dengan sebaik-baiknya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar