Jumat, 13 Mei 2011

Damai apa yang kita inginkan


Saudara-saudaraku yang terkasih,


Semua kita pasti menginginkan dan membutuhkan damai. Kata ini bukan hanya menjadi milik orang Cristiany saja, tetapi juga milik semua orang. Apa yang dimaksud dengan damai? Dalam bahasa Indonesia, damai adalah perasaan tenang, nyaman, aman dan bahagia oleh karena suatu situasi dan kondisi yang tidak mengancam. Kata damai ini sering diucapkan dalam lingkungan Kristiani. Yang menjadi persoalan di sini apakah kita mengerti benar apa yang dimaksud dengan kata damai dalam konteks Alkitab dan bagaimana kita sebagai anak Tuhan dapat memilikinya? Dalam bahasa Yunani kata damai ini disebut Kata ini menunjuk suatu perasaan yang nyaman dan tentram oleh karena tidak ada ancaman dan suatu perasaan yang nyaman dan tentram oleh karena topangan dan dukungan sesuatu yang kuat.

Tuhan Yesus berkata, “— Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu. Damai sejahtera – Ku Kuberikan kepadamu, dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia kepadamu. Janganlah gelisah dan gentar hatimu (Yohanes  14:27). Apa maksudnya? Mari kita melihat apa perbedaan antara damai yang Tuhan berikan dan damai yang dunia berikan.

1. Damai yang dunia berikan.
Dalam lingkungan kehidupan manusia pada umumnya damai adalah perasaan nyaman, tentram, dan bahagia yang ditentukan oleh situasi dunia yang baik. Dengan kata lain damai dari dunia ini adalah damai yang ditentukan oleh keadaan lingkungan. Makin banyak uang makin damai, makin kuat relasi dengan pejabat tinggi dan aparat keamanan, makin aman dan tenang rasanya. Inilah damai yang ditopang oleh keadaan kita dan lingkungan kita. Jika situasi aman, maka perasaan aman. Jika lingkungan nyaman, perasaan pun ikut nyaman.

2. Damai yang Tuhan berikan
Sedangkan damai yang dari Tuhan adalah perasaan aman dan nyaman yang tidak bersandar pada materi, kedudukan, kekuasaan, dan keadaan lingkungan di sekitar kita. Bagaimanapun kacaunya keadaan dan situasi lingkungan kita, damai itu tetap merekah di hati dan pikiran kita. Inilah damai sejahtera yang Tuhan berikan untuk kita. Itulah sebabnya sekalipun Rasul Paulus sedang berada di dalam penjara, ia tetap dapat bersukacita dan mengajak jemaat di Filipi untuk bersukacita. Penjara yang sempit dan menyesakkan itu tidak mengganggu damai sejahtera dan merenggut sukacita yang Rasul Paulus miliki.

Lalu, bagaimana kita dapat mengalami damai sejahtera ini? Yang pertama, kita harus hidup dalam persekutuan yang indah dengan Tuhan Seseorang dapat menikmati damai yang dipengaruhi oleh dunia tanpa memiliki hubungan yang baik dengan si pemberi damai. Tetapi sebagai umat Tuhan, kita tidak mungkin dapat menikmati damai sejahtera dari Tuhan tanpa memiliki hubungan yang baik dengan-Nya. Mengapa demikian? Damai dari Tuhan tidak mungkin dapat dipisahkan dari Tuhan sendiri si pemberi damai karena Tuhan sendirilah damai itu.

Kedua, hidup kita harus benar. Jika hidup kita tidak benar, maka tidak mungkin kita dapat hidup dalam persekutuan yang erat dengan Tuhan.

Ketiga, jangan berharap dari sumber lain kecuali Allah. Kita tidak mungkin dapat menikmati damai sejahtera Allah jika kita masih mengharapkan damai dari sumber lain.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar